Jumat, 17 Maret 2017

Sedekah Dalam Tradisi Yahudi

Sedekah Dalam Tradisi Yahudi

Sedekah kata yang tidak asing bagi muslim. Berasal dari kata arab shadaqah yang berasal dari kata sidq (sidiq) yang berarti ‘kebenaran’/ truthfulness"

Dalam praktiknya kebanyakan orang yahudi menyumbangkan sebagian dari pendapatan mereka ke lembaga-lembaga amal. Kewajiban memberikan 10% dari pendapatan mereka disebut ma’aser kesafim /tithe / persepuluhan (semacam zakat dalam islam yang berjumlah 2.5 % dari kekayaan). Selain itu juga ada terumah (persembahan untuk pendeta) dan ma’asher rishon (zakat panen 10% untuk produk anggur, minyak zaitun, buah-buahan dan ternak).

Tzedakah biasanya dilakukan oleh setiap pengantin untuk menyimbolkan kesakralan ikatan perkawinan. Pada Passover/pesach salah satu hari raya yahudi disarankan untuk mengundang orang asing yang kelaparan ke meja perjamuan, pada Purim diwajibkan untuk memberi uang makan kepada dua orang yang membutuhkan dengan tujuan untuk meningkatkan kebahagiaan di bulan itu.

Memberikan tzedakah harus hati-hati dan disalurkan pada organisasi yang bertanggungjawab untuk memastikan uang tzedakah digunakan secara bijaksana, efisien dan efektif.

Demikian tulisan ini dibuat untuk membagi pengetahuan terutama bagi muslim di Indonesia

Pemuda Sholeh Yang Mampu Mengalahkan Ribuan Syetan

Akhirnya lelaki yang dahulunya berprofesi sebagai dukun itu, mau mengungkapkan masa lalunya kepada Syaikh Abdul Muhsin. Ia menceritakan bahwa dirinya adalah seorang dukun yang berilmu tinggi. Dengan ilmunya yang banyak dipakai orang membuat ia mampu mengumpulkan uang yang banyak. Ilmu kebal yang ia miliki juga sering mengundang decak kagum dan tepuk tangan banyak orang ketika ia melakukan pertunjukan.


Pemuda Sholeh Yang Mampu Mengalahkan Ribuan Syetan


Seperti halnya hari itu, ia mengadakan pertunjukan untuk memamerkan kesaktian ilmu kebalnya. Tangan kanan dan kirinya, masing-masing memegang sebilah pisau tajam yang dengan yakin ia hujamkan ke perutnya sendiri. Teriakan histeris penonton mengiringi aksinya itu. Tapi tidak begitu lama, teriakan histeris tersebut berganti dengan tepuk tangan meriah dan pandangan penuh kekaguman.

Ia sukses besar dalam melakukan aksinya. Ketika kedua bilah pisau yang tajam itu menusuk perutnya tak ada setetes darah pun yang keluar. Begitu pula ketika ia mencabut kembali pisau itu, perutnya tetap mulus tanpa bekas luka sedikit pun. Maka ia pun mengulang dan mengulang aksinya itu.

Namun tiba-tiba dari kerumunan penonton ada seorang pemuda yang maju menghampirinya. Pemuda itu mengenakan pakaian lebar, wajahnya dihiasi dengan janggut yang terpelihara apik. Gaya dan pakaian sang pemuda mirip dengan pakaian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pemuda tersebut berjalan dengan tenangnya dan terdengar dari lisannya:

“Allah, Tiada Tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, yang terus menerus mengurus (makhluknya).....” (QS. Al Baqarah: 255)

Sang dukun berkata: “Seketika, aku merasakan kesakitan yang sangat di bagian perut. Darah mengucur di daerah tersebut.... semuanya gelap, aku tak sadarkan diri. Ketika sadar, aku sudah berada di rumah sakit. Kurang lebih 3 bulan lamanya aku menderita sakit pasca operasi perutku yang terluka.”

Ia kemudian melanjutkan ceritanya: “Sebenarnya ada syetan dari kalangan jin yang membantu ketika aku mempertunjukkan ilmu kekebalan tubuh. Merekalah yang menahan hunusan pisau sehingga aku tidak terluka dan tidak merasakan sakit sedikit pun. Namun ketika si pemuda membacakan ayat kursi, syetan-syetan tersebut lari meninggalkan tubuhku.”

“Syetan-syetan tersebut memang kembali kepadaku setelahnya. Namun ketika kutanya mengapa mereka meninggalkanku, mereka menjawab: “Jika kami tetap tinggal hingga pemuda itu menyelesaikan seluruh bacaan ayat kursi, niscaya kami akan binasa.”

“Setelah kekuatan tubuhku pulih, aku pun kembali bersekutu dengan syetan-syetan tersebut dengan satu tujuan utama. Balas dendam. Ya... aku merencanakan balas dendam pada si pemuda hingga aku merelakan tidak membuka praktek dan tidak keluar rumah demi menggelar ritual khusus mencelakakan si pemuda.”

"Hari pertama, aku mengutus ribuan syetan tersebut namun mereka kembali tanpa hasil apa pun. Begitu pula pada hari kedua, mereka kembali dalam keadaan kalah dan payah. Hari berikutnya dan berikutnya begitu pula, hingga akhirnya aku menyerah.”

“Rahasia apakah yang dimiliki pemuda itu?” Tanya Syaikh Abdul Muhsin.

“Syetan-syetan yang bersekutu denganku berkata, pemuda tersebut tidak bisa disentuh apalagi diganggu karena ia tidak pernah melalaikan shalat.”

Subhanallah lihatlah bagaimana kekuatan sebuah shalat mampu membentengi diri kita dari gangguan jin dan setan yang ingin membinasakan. Jadi masih inginkah untuk tetap melalaikan ibadah wajib tersebut setelah ini?

Yakinlah bahwa apa yang telah Allah perintah memiliki kebaikan dan keutamaan di dalamnya.

Wallahu A'lam